Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 16 April 2010

Kekeringan

Islam mampu memberi solusi, baik saat masyarakat sedang makmur dan berkecukupan, maupun kala diancam kekeringan, kelaparan dan penderitaan. Bukti untuk itu hadir di era pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

Di era Umar, kemarau panjang pernah melanda Madinah dan sekitarnya. Hampir semua lahan tanaman pokok gagal panen. Meski tak sampai ada yang mati kelaparan, tetapi itu cukup membuat Umar pontang-panting karena tak tega melihat warganya hanya makan sekali dalam sehari. Ia pun menulis surat kepada gubernur Mesir Amr bin Ash agar mengirim makanan begitu surat tiba di tangannya.

Maka, berangkatlah ribuan unta membawa makanan sedemikian banyaknya hingga ketika rombongan pertama tiba di Madinah, rombongan terakhir baru berangkat dari Mesir. Baik unta maupun muatannya langsung dibagi di hari kedatangannya.

Memang kekeringan takkan pernah melanda semua daerah. Ketika ada yang gagal panen, maka di daerah lain justru surplus produk pangan. Kekeringan adalah ujian Allah SWT bagi yang surplus bahan pangan untuk membantu yang kekurangan. Kehadiran Islam membuat realitas ini dapat disiasati dengan kecepatan distribusi dan kehendak politikus memprioritaskan rakyat saat krisis.

Umar pun menyuruh para pejabat dan keluargamya untuk turut prihatin. Misal, Umar makan hanya dengan roti kering. Dia menolak usulan keluarganya agar makan daging dan mentega yang sebenarnya masih tersedia di Baitul Maal. Sebab, sebelum bantuan datang dari Mesir, Umar terlihat pucat, sebagaimana rakyat jelata saat itu.

Adapun Utsman memilih bersedekah dalam jumlah besar. Sekitar seribu ekor unta miliknya yang bermuatan jagung, lemak, dan kismis, tiba di Madinah saat paceklik. Meski para spekulan bersedia membelinya dengan harga sepuluh kali lipat, Ustman lebih memilih untuk bersedekah karena tiada yang mampu memberi laba melebihi 700 kali lipat seperti yang dijanjikan Allah (QS 2:261)

Kekeringan juga merupakan sinyal murka-Nya kepada para penguasa atau rakyat, seperti disebut Umar dan paman Rasulullah SAW, Abbas (riwayat Bukhari dan Sulaiman bin Yassir). Maka, semua warga diajak bertobat nasuha. Lalu dengan dipimpin Umar, karena keduanya (rakyat dengan Umar) memiliki hati yang bersih, maka mereka berdoa bersama seraya bercucurkan air mata. Bagaimana kini dengan Indonesia ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar