Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 14 Maret 2010

Maaf Meredam Kekerasan


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. 3:133-134]

Saat ini dalam kehidupan sehari-hari sering kita dapati perkara sepele dapat menyebabkan malapetaka yang mengerikan, ambil contoh misalnya Selvi Wulur (28) dibunuh pacarnya, Michael Putra Hododjojo (19) di rumah kosnya di Kebon Bawang, Tg Priok, ahad (11/1), hanya karena belum dibelikan HP seperti dijanjikan korban. (5 Feb 2009, VIVAnews). Contoh yang lain seorang pensiunan polisi, Murdan (64) tahun di tikam juru parkir Rahmat Kumis (39) di Tanjung Priok hanya gara-gara uang Rp. 50.000 (25-3-2009, kompas.com)

Seorang nenek berusia sekitar 60 tahun, Mi¬nah, warga Desa Darma¬kra¬de¬nan, Kecamatan Ajibarang, Banyu¬mas di ponis penjara 3 bulan karena mengambil tiga biji buah kakao dari PT Rumpun Sari Antan (RSA) dengan harga Rp 2.100.

Tentu banyak lagi contoh-contoh yang lain dengan kasus yang kecil menyebabkan penderitaan yang panjang. Semua kekerasan ini sebenarnya dapat diselesaikan hanya dengan satu kata : MAAF. Sayang kata yang sangat mulia ini sudah tercerabut dari sebagian besar hati masyarakat kita. Padahal ciri utama orang yang bertakwa adalah seperti disebutkan pada ayat diatas; menahan amarah dan memaafkan orang lain.

Kalau kita tengok sejarah, Salahudin yang terkepung di Yerusalem digempur habis-habisan oleh Richard The Lion Heart, Raja Inggris (tentara salib). Pada akhirnya Richard gagal merebut Yerusalem bahkan jatuh sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan tim pengobatan kepada Richard, yang akhirnya pulang ke Inggris.

Contoh yang lebih agung lagi adalah pada kehidupan Rasulullah, ketika masih di Makkah penduduk Quraisy melemparinya dengan kotoran, sahabatnya disiksa sampai mati, bahkan Nabi sendiri ketika ke Thaif ditimpuki batu ramai-ramai oleh penduduknya, diboikot selama tiga tahun tanpa logistik, tetapi ketika futhul Makkah/penaklukan Makkah penduduknya semuanya dimaafkan.

Saudaraku, banyak sekali contoh kekerasan dapat diakhiri dengan baik melalui perilaku saling memaafkan, bahkan dalam Islam seseorang yang divonis hukuman mati dapat diselamatkan dengan pemberiaan maaf dan pembayaran diat. Diantara kita mungkin ada yang bertanya, bagaimana kekerasan tidak subur di dalam masyarakat karena hukum tidak ditegakkan. Kenyataannya sudah banyak hukum telah ditegakkan tetapi kekerasan tetap saja merajalela. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa selama hukum yang digunakan adalah buatan manusia maka kekerasan tidak akan hilang dari masyarakat. Sayang sekali kalau hukum Allah ditegakkan, kita yang mengaku Islam ramai-ramai menolaknya.

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. [QS. 4:14]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar